Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

[Koran-Digital] EDITORIAL Jangan Biarkan Abraham Sendirian

KPK harus memiliki penyidik sendiri, yang memang direkrut dan dididik khusus untuk KPK."

EKSISTENSI Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) benar-benar diuji. Hantaman bak gelombang datang dari segala sisi untuk melemahkan institusi pemberantas korupsi yang paling dipercaya rakyat itu.

Lepas dari masih adanya kekurangan dan kelemahan, KPK harus diakui merupakan garda terdepan paling menjanjikan untuk memerangi para koruptor di Republik ini. Taring KPK pun semakin tajam setelah berganti pimpinan yang dikomandoi Abraham Samad.

Namun, bukan berarti KPK aman dari rongrongan. Semakin garang mereka memberangus koruptor, semakin besar pula perlawanan yang datang. Segala jurus dan segala cara dilancarkan pihak-pihak yang ingin KPK lunglai.

Mereka tidak ingin KPK semakin tangguh dan berwibawa. emakin tangguh dan berwibawa.

Dari pihak luar, misalnya, ki ni Komisi III DPR gencar meng godok revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Komisi III sampai studi banding ke luar negeri, padahal mereka hendak memereteli kewenangan KPK.

Kelak dengan undang-un dang hasil perombakan, KPK lebih banyak berurusan pada pencegahan, bukan penindak an. DPR yang ikut melahirkan KPK pada 2003 kini bernafsu menjadikan anak kandung me reka itu macan ompong.

Ironisnya, ketika perlawanan dari luar semakin kencang, KPK justru diguncang perpecahan di dalam. KPK bergolak kala sejumlah penyidik dari kepolisian memprotes Abraham Samad, Selasa (13/3). Mereka berdalih pimpinan KPK memulangkan secara sepihak penyidik ke institusi asal, yakni kepolisian dan kejaksaan.

Gejolak yang menghantam KPK itu jelas memprihatinkan.
Ketika pimpinan tak lagi akur dengan penyidik, ketika penyidik mulai membangkang kebijakan pimpinan, kiamatlah KPK.

Gejolak yang meletup sekaligus membuktikan adanya masalah menyangkut profesionalitas penyidik KPK akibat sistem rekrutmen yang tidak independen. Keberadaan penyidik dari kepolisian dan kejaksaan berpotensi memunculkan dualisme kepatuhan sekaligus menodai integritas.

Mereka yang bukan organ resmi KPK juga rawan pengaruh busuk dari luar. Tak mengherankan jika tuduhan miring terlontar bahwa penyidik KPK belum steril dari keberpihakan. Itulah yang antara lain memaksa kepengurusan Abraham Samad memulangkan beberapa penyidik ke institusi masing-masing.

Untuk menghadapi koruptor yang punya modal mahabesar, baik uang maupun kekuasaan, KPK mutlak membutuhkan kekompakan, ketegaran, dan independensi. Tanpa ketiga kualitas itu, KPK ibarat David yang tak berkutik melawan Goliath dalam perang besar menghadapi koruptor.

Untuk mencapai ketiga kualitas itu, tidak bisa tidak, KPK harus memiliki penyidik sendiri, yang memang direkrut dan dididik khusus untuk KPK. Bukan penyidik pinjaman, apalagi titipan jaksa dan polisi, yang kemudian protes keras karena dikembalikan KPK ke markas mereka.

Kita dukung keberanian Abraham Samad mengembalikan beberapa penyidik ke institusi masing-masing. Lebih dari itu, jangan biarkan pemimpin KPK itu sendirian menghadapi rongrongan dari luar maupun dari dalam.

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/03/15/ArticleHtmls/EDITORIAL-Jangan-Biarkan-Abraham-Sendirian-15032012001038.shtml?Mode=1

Newer Post Older Post

Powered by Blogger.