Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

[Koran-Digital] TAJUK, Polisi dan Narkoba

TAJUK, Polisi dan Narkoba PDF Print
Friday, 16 March 2012
Sebanyak 270 anggota kepolisian di Tanah Air terindikasi mengonsumsi
narkoba selama 2011 hingga Maret ini. Mereka terdiri atas bintara
sebanyak 141 orang, perwira pertama 23,perwira menengah 15,dan PNS 3.


Data yang dirilis Mabes Polri itu mengejutkan sekaligus memprihatinkan.
Mengejutkan karena ternyata banyak sekali oknum lembaga penegak keamanan
itu terjerumus dalam kenikmatan barang haram tersebut. Memprihatinkan
karena mereka yang sebenarnya menjadi tulang punggung pemberantasan
narkoba ternyata justru menjadi pemakainya. Fakta terakhir ini pasti
mengusik siapa pun yang menginginkan negara ini bebas dari
narkoba,mendambakan para generasi muda bisa hidup sehat dan berprestasi
tanpa menyentuh ineks,sabu-sabu,ganja,heroin, dan sebagainya.

Bagaimana tidak terusik jika aparat yang mereka harapkan bisa mengambil
peran memberantas narkoba justru menjadi pengonsumsinya. Secara
otomatis, nalar mereka pun menjadi tercemar dan terganggu hingga tidak
bisa membedakan mana yang baik dan benar,mana yang harus diberantas dan
dilindungi, dan akhirnya alpa akan tanggung jawab yang seharusnya
ditunaikan. Mabes Polri tentu harus serius merespons perilaku anak
buahnya tersebut karena pada akhirnya akan mencederai lembaga.

Ibarat setetes racun merusak susu sebelanga, tindakan segelintir oknum
ini akan mendegradasi prestasi positif yang ditunjukkan dalam
memberangus pabrik narkoba dan menjaring mafia internasional yang selama
ini beroperasi.Lebih berbahaya jika kondisi tersebut kemudian malah
melumpuhkan upaya polisi memberantas narkoba. Ancaman Mabes Polri untuk
memecat oknum polisi pengonsumsi narkoba cukup tegas untuk memberikan
shock therapy kepada anggota lain agar tidak coba-coba mencicipi
narkoba. Namun, apakah itu efektif dan mampu membangun perisai agar
lembaga tersebut benar-benar steril godaan narkoba, ini harus dipikirkan
lebih serius.

Mengapa demikian? Karena polisi sangat rentan bersinggungan dengan
narkoba.Persinggungan itu tak jarang menyeret oknum yang tidak kuat
mental atau menggoda tamtama yang bergaji rendah atau perwira yang ingin
mendapat kekayaan lebih. Persinggungan ini berdampak tak sebatas pada
adanya oknum aparat yang tertangkap mengonsumsi narkoba seperti yang
menimpa Kepala Polsek Cibarusah, Bekasi,AKP HBS, tapi juga memunculkan
pemandangan mobil patroli polisi yang hanya lalu lalang di depan
diskotek, sementara peredaran narkoba di dalamnyamasihaman- amansaja.

Kasus kecelakaan maut Afriyani Susanti menjadi bukti bahwa siapa pun
bisa dengan mudah mendapatkan narkoba karena rantai distribusinya masih
terbuka lebar. Masyarakat juga masih disuguhi berita hilangnya atau
dipalsukannya barang bukti narkoba hasil penggerebekan. Pertanyaan yang
muncul kemudian, apakah barang bukti itu dikonsumsi oleh oknum polisi
atau justru dijual lagi? Kecurigaan ini bisa dipahami karena dagangan
narkoba mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Jika benar demikian faktanya, lantas apa bedanya polisi dan mafia
narkoba? Melihat persoalan ini, tentu upaya Mabes Polri tidak cukup
hanya memberikan sanksi tegas (kuratif).Yang diperlukan adalah upaya
pencegahan (preventif) sistematis.Misalnya menggelar cek urine secara
rutin untuk mereka yang mengonsumsi dan mengontrol ketat kinerja polsek
atau polres di wilayah yang berada di basis peredaran narkoba. Selain
dari sisi internal, pengawasan eksternal sangat dibutuhkan.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) jangan hanya berkutat pada
kebijakan umum,tapi juga secara langsung menyentuh pengawasan narkoba di
lingkungan kepolisian. Pengawasan dua arah ini tentu akan menjadi
watchdog bagi siapa pun oknum polisi untuk tidak bermain-main dengan
narkoba.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/478042/

--
"One Touch In BOX"

To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Newer Post Older Post

Powered by Blogger.